Kamis, 08 Maret 2012

Libya Terancam Pecah

LIBYA, (TRIBUNEKOMPAS)
By: Tommy.


- Libya negeri yang belum lama terbebas dari rezim Kolonel Muammar Qadhafi, justru terancam pecah di bawah kepemimpinan Mustafa Abdel Jalil dengan bendera NTC (Komite Transisi Nasional).

Dalam pernyataannya kepada media, Jalil bersumpah akan tetap mempertahankan persatuan nasional negara dengan kekuatan militer setelah para pemimpin suku dan kelompok faksi politik mendeklarasikan kawasan semi otonomi di timur negara.

Bahkan Jalil pada kesempatan itu juga mengutuk negara-negara Arab yang berupaya memberikan bantuan keuangan kepada para pemimpin ini. Menurutnya, ini adalah upaya memecah belah negara.

"Kami tidak menginginkan Libya terpecah," ujarnya, Selasa 6 Maret 2012 malam waktu setempat seraya menyerukan kepada para pemimpin di timur negara untuk berdialog dengan pemerintah dan memperingatkan agar bersama-sama melawan antek-antek bekas rezim masa lalu.

"Mereka seharusnya tahu bahwa sekarang ini ada penyusupan dan sisa-sisa rezim (Muammar) Qadhafi mencoba mengeksploitasinya dan kami siap menumpasnya kendati dengan kekuatan (militer)," paparnya di televisi.

Sebuah pertemuan dihadiri sekitar 3.000 suku dan pemimpin politik di Kota Benghazi, sebelah timur negara, mendeklarasikan kawasan otonomi yang dikenal dalam sejarah bernama Cyrenaica. Daerah ini akan menjalankan fungsi pemerintahan di luar kewenangan otoritas pemerintahan sementara. Mengenai kebijaksanaan luar negeri, tentara nasional, dan sumber-sumber minyak akan diserahkan ke pemerintah pusat di Ibu Kota Tripoli, di sebelah barat negara.

"Sejumlah negara Arab, sayangnya, telah memberikan dukungan dan mendorong kejadian ini," kata Jalil. "Bantuan tersebut sesungguhnya tidak bisa diterima, apa yang terjadi saat ini adalah awal dari konspirasi melawan Libya dan bangsa Libya," tambahnya tanpa menyebut negara yang dipercaya mengorganisir bantaun tersebut.

Libya adalah sebuah negara federal bersatu dari 1950 hingga 1963 sejak pemerintahan monarki Idris Senussi terpecah menjadi tiga kawasan semi otonomi yakni: Cyrenaica, Tripolitania, dan Fezzan.

Menurut Fadl-Allah Haroun, pemimpin senior duku setempat dan komandan milisi, deklarasi bertujuan semata-mata untuk adminstrasi independensi bukan pemisahan atau bertujuan merdeka.

"Kami tidak membicarakan masalah perubahan bendera atau lagu kebangsaan. Kami hanya membicarakan soal perbedaan administrasi, parlemen, dan mengatur urusan keuangan," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar