Rabu, 10 Agustus 2016

Picu Kontroversi, Pernyataan Trump Soal Kepemilikan Senjata

WASHINGTON DC, TRIBUNEKOMPAS - Calon presiden Amerika Serikat ini kembali membuat pernyataan heboh.

Kandidat Presiden partai Republik Donald Trump menyebut bahwa orang-orang yang mendukung kepemilikan senjata bisa menghentikan Hillary Clinton di Pilpres AS.

Usulan Trump ini dianggap berbahaya oleh banyak kalangan.

Diberitakan AFP, Rabu (10/8), pernyataan Trump ini terkait pemilihan hakim agung AS. Tidak diketahui dengan jelas maksud dari pernyataan Trump ini. Media-media di AS, termasuk sosial media mengkhawatirkan penyataan Trump, apakah pernyataan itu hanya bercanda atau apakah bahwa Hillary Clinton dan hakim agung pilihannya dapat ditembak.

"Hillary pada dasarnya ingin menghapus amandemen kedua," ujar Trump dalam kampanye di Wilmington, North Carolina.

"Jika Dia (Hillary) sudah menentukan hakim agung pilihannya, tidak ada yang bisa kamu lakukan. Walaupun dari Second Amandement People (pendukung kepemilikan senjata), " sambungnya.

Tim kampanye Trump segera melakukan klarifikasi atas pernyataan tersebut dengan menyebut maksud dari Trump adalah dukungan pada hak kepemilikan senjata akan berpengaruh pada dukungan suara.

"Ini yang disebut sebagai kekuatan penyatuan. Amandemen kedua akan memberikan warga semangat untuk bersatu, di mana akan memberikan kekuatan politik yang besar," kata penasihat komunikasi Trump Jason Miller.

"Dan tahun ini, mereka akan mengadakan voting dan hal itu bukan untuk Hillary Clinton," ucapnya.

Di lain pihak, Manajer kampanye Hillary, Robby Mok menyerang pihak Trump karena dianggap menggunakan kalimat berbahaya.

"Seseorang yang berusaha menjadi presiden AS seharusnya tidak menggunakan bahasa yang berbahaya," kata Mook.

Tommy.

Kamis, 12 Maret 2015

Ini Kronologi Hilangnya 16 WNI di Turki

JAKARTA, TRIBUNEKOMPAS.
By: Marwan.
-Enam belas warga negara Indonesia dilaporkan menghilang di Turki saat mengikuti paket perjalanan wisata sebuah biro travel. Mereka memisahkan diri dari rombongan selepas pemeriksaan Imigrasi Bandara Internasional Ataturk, Istanbul, Turki.

"Tidak ada kesan aneh terhadap mereka. Biasa saja. Sepanjang perjalanan, mereka malah tanya-tanya kalau beli karpet di Turki di mana karena katanya mereka mau bisnis jual beli karpet," kata President and CEO Smailing Tour Anthony Akili dalam perbincangan dengan sejumlah wartawan di Jakarta, Kamis (12/3/2015). Anthony didampingi Vice President Marketing and Communication Smailing Tour Putu Ayu Aristyadewi dan Group COO Smailing Tour Davy Batubara.

Menurut Anthony, rombongan ini mengaku sebagai tiga keluarga dari satu rumpun keluarga besar. Mereka terdiri dari 5 lelaki dewasa, 4 perempuan dewasa, 4 anak-anak, dan 3 bayi. Mereka tergabung dalam rombongan wisata berjumlah 24 orang dengan satu tour leader.

Anthony menuturkan, 16 WNI ini memesan paket perjalanan wisata ke Turki pada pertengahan Januari 2015. Perjalanan berlangsung pada 24 Februari-4 Maret 2015.
"Mereka pesan tempat untuk16 orang melalui e-mail. Biaya perjalanan dibayar melalui transfer," kata Anthony.
Selanjutnya, 16 orang ini langsung b
ertemu dengan rombongan lain dan tour leader Smailing Tour di Bandara Soekarno-Hatta pada hari keberangkatan.

"Menurut tour leader kami, tidak ada hal yang mencurigakan sepanjang perjalanan di pesawat. Obrolannya juga wajar. Selain bertanya-tanya soal karpet, mereka juga tanya-tanya soal obat herbal karena berniat membuka bisnis soal itu di Indonesia," ujar Anthony.

Selepas pemeriksaan di Imigrasi Bandara Ataturk, ia melanjutkan, rombongan 16 WNI ini memisahkan diri. Alasannya, mereka ingin bertemu dengan keluarga mereka di Turki selama dua hari. Mereka berjanji akan kembali bergabung dengan rombongan pada 26 Februari.

"Sepanjang dua hari, tour leader kami selalu kontak melalui pesan singkat dan berbalas. Namun, pada 26 Februari, mereka tidak bisa dikontak lagi. Tour leader kami lantas menghubungi KJRI (Konsulat Jenderal Republik Indonesia) di Istanbul untuk membuat laporan," tutur Anthony.

KJRI dan polisi lokal setempat berupaya melacak sinyal telepon seluler rombongan ini, tetapi sinyal telepon sudah hilang. Hingga kepulangan rombongan ke Tanah Air pada 4 Maret pukul 00.40, ke-16 WNI ini tidak menampakkan diri.

Kabar terakhir, aparat keamanan Turki menahan 16 warga Indonesia yang mencoba menyeberang ke Suriah. Enam belas WNI tersebut terdiri dari tiga keluarga. 

Rute yang mereka tempuh untuk menuju Suriah biasa digunakan para simpatisan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, belum diperoleh konfirmasi apakah 16 orang WNI tersebut adalah rombongan yang sama yang hilang dalam perjalanan wisata bersama Smailing Tour.

Rabu, 17 September 2014

ISIS Ancam Bunuh Paus Fransiskus

ROMA, TRIBUNEKOMPAS.
By: Alex.

-Pemimpin besar umat Katolik sedunia, Paus Fransiskus, 77 tahun, menghadapi ancaman pembunuhan dari milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Saat ini Paus Fransiskus sedang mempersiapkan rencana kunjungannya ke Albania, negara dengan penduduk mayoritas Islam.

Seperti dilansir The Telegraph, 16 September 2014, peringatan atas ancaman pembunuhan Paus Fransiskus datang dari Duta Besar Irak untuk Vatikan, Habeeb Al Sadr. Dia mengatakan ada indikasi bahwa ancaman ini muncul setelah Paus Fransiskus menyatakan dukungannya terhadap rencana Amerika Serikat dan Sekutu untuk menyerang ISIS. 

"Saya yakin ISIS akan mencoba membunuh Paus Fransiskus saat dia melakukan perjalanan ke luar negeri atau bahkan di Roma. Banyak anggota ISIS yang bukan keturunan Arab. Ada juga warga Kanada, Amerika, Prancis, Inggris dan juga Italia", kata Al Sadr kepada La Nazione.

Namun, pihak Vatikan mengatakan tidak akan ada pengamanan ekstra bagi Paus Fransiskus saat dirinya datang ke Albania. Paus Fransiskus juga akan mengunjungi Turki pada November 2014. 

Dalam beberapa minggu terakhir, kelompok militan ISIS berencana menguasai Kota Roma dan mengibarkan bendera ISIS di Basilika Santo Petrus.

Minggu, 31 Agustus 2014

Dituduh Mata-mata, IS Penggal Kepala Penjara

SURIAH, TRIBUNEKOMPAS.
By: Tommy.

-Islamic State (IS) telah memenggal salah satu komandan mereka sendiri, Abu Ubaida Almaghribi. Abu Ubaida dituduh menjadi agen MI6 dan membocorkan informasi aktivitas ISIS kepada pemerintah Inggris.

Abu Ubaida Almaghribi merupakan kepala keamanan IS di Aleppo, Suriah utara. Seperti dikutip Mail One, Ahad, 31 Agustus 2014, dia merupakan kepala penjara tempat jurnalis Amerika James Foley dan sandera lainnya ditahan. Abu Ubaida diyakini sebagai warga negara Belanda keturunan Maroko, namun identitas aslinya tidak diketahui. IS mengklaim memenggal kepala Abu Ubaida sehari setelah rekaman video pemenggalan wartawan Amerika Serikat, Foley, muncul di YouTube.

Ihwal jabatan Abu Ubaida, seorang mantan tahanan IS yang sempat ditahan tahun lalu membenarkannya. Dia mengatakan kepada jaksa negara Belgia bahwa Abu Ubaida bertanggung jawab atas keamanan ketika dia dan Foley sama-sama ditahan. Namun Kementerian Luar Negeri setempat menolak untuk mengomentari klaim tersebut, seperti yang diberitakan oleh kantor berita Maroko dan Yordania.

Sebuah sumber keamanan mengatakan bahwa kelompok ekstremis tak segan mengeksekusi anggota mereka sendiri. "Mereka membuat semacam persetujuan bahwa seorang anggota yang menjadi mata-mata sah untuk dieksekusi," kata sumber tersebut. Dia menambahkan, bahwa pesan tentang IS mungkin telah disampaikan kepada media lokal oleh pihak ketiga. 

Beberapa sumber berita juga membenarkan kabar tersebut, salah satunya laporan situs berita Maroko, Alyoum24. Media itu menulis bahwa Ubaida Almaghribi berasal dari Maroko, dan menjabat sebagai kepala badan intelijen dari organisasi IS di Aleppo, Suriah. “Ia dipenggal setelah dituduh melaporkan informasi mengenai kegiatan, gerakan, dan rencana IS ke Inggris,” tulis media itu. 

Adapun Maroko World News menyatakan bahwa militan IS termasuk Abu Ubaida Almaghribi dilaporkan dipenggal sekelompok pemimpin terkemuka. Para pemimpin meragukan kesetiaan serta pekerjaan mereka yang justru untuk orang asing. Mike Doran, seorang pakar Timur Tengah di Brookings Institution yang berbasis di Washington, mengatakan dugaan eksekusi tersebur merupakan indikasi kepanikan para pemimpin IS.

Jihadis Belgia yang pulang tahun lalu, Jejoen Bontinck, juga membenarkan bahwa Abu Ubaida adalah kepala penjara IS. Dia mengatakan Abu Ubaida adalah seorang jihadis asal Belanda. Jojoen mengaku sempat ditahan sekitar tiga minggu dengan Foley. Jejoen dituduh sebagai pengkhianat karena ingin pulang ke rumah. Tapi ketika kelompok teroris itu keluar dari Aleppo tahun lalu, para tahanan dibawa ke IS kubu Raqqa. Saat itulah Jejoen dan beberapa tahanan lain melarikan diri.

Minggu, 15 Juni 2014

Enam Editor Majalah Kampus di India Ditangkap

KERALA, TRIBUNEKOMPAS.
By: Alex.

- Enam mahasiswa Government Polytechnic College ditangkap polisi setelah mereka menerbitkan majalah kampus yang dianggap memojokkan Perdana Menteri India yang baru terpilih, Narendra Modi. Sehari kemudian, pemimpin kampus juga ditangkap oleh polisi.

Keenam mahasiswa itu adalah staf editor majalah kampus milik pemerintah yang berlokasi di Kunnamkulam, Distrik Thrissur, Kerala, India. Keenam mahasiswa dan pemimpin kampus dijerat pasal pencemaran nama baik dan memprovokasi untuk terjadinya kerusuhan.

Seperti dilansir New York Times, Jumat, 13 Juni 2014, halaman utama majalah memuat berita dan foto Modi yang diberi tajuk "Negative Faces". Foto Modi disandingkan dengan foto wajah tua pemimpin Nazi Adolf Hitler, pemimpin organisasi teroris internasional Al-Qaedah Osama bin Laden, dan George W. Bush, mantan presiden Amerika Serikat.

Sejumlah anggota pemuda sayap partai politik pendukung Modi, Bharatiya Janata India (BJP), menemukan majalah itu dari mahasiswa yang keberatan dengan pemberitaan majalah. Mereka kemudian melaporkannya ke polisi yang berujung pada penangkapan enam mahasiswa dan pemimpin kampus.

Sekitar 200 eksemplar majalah sudah sempat diedarkan. Sisanya, sekitar 400 eksemplar, disita oleh polisi.

Wakil presiden partai pemenang Pemilu 2014, BJP, K. Aneesh Kumar, mengatakan tindakan para mahasiswa yang didukung kelompok kiri (Partai Komunis India) memuat berita dan foto Modi bersama pelaku teroris dianggap perbuatan melanggar hukum. "Ini mengerikan, salah, dan tindakan kriminal," kata Aneesh.

Praveen Chanaserry Sivadasan, 20 tahun, mahasiswa teknik dan editor majalah yang dimiliki oleh Federasi Pelajar India, menolak meminta maaf usai dibebaskan dari tahanan. "Modi berwajah buruk. Dia terlibat pembunuhan begitu banyak orang saat kerusuhan pada tahun 2002," kata Praveen. Ia merujuk pada kerusuhan massal di Gujarat yang menewaskan sekitar seribu orang. Dari jumlah itu sebagian besar yang tewas adalah warga muslim. Modi saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Negara bagian Gujarat. "Kami seharusnya berhak untuk mengkritik para pemimpin politik kami," ia menegaskan.

Keenam mahasiswa dan pemimpin kampus kemudian dibebaskan oleh polisi dengan membayar uang jaminan.

Di lain pihak, Modi memulai lawatannya ke sejumlah negara setelah resmi menjabat sebagai Perdana Menteri India. Ia terbang ke Bhutan, Ahad, 15 Juni 2014. Bhutan, negara jiran India, dipilih sebagai negara pertama yang dia kunjungi. Bhutan berpenduduk sekitar 750 ribu jiwa serta merupakan sekutu terdekat India di wilayah Asia Selatan.
Enam Editor Majalah Kampus di India Ditangkap
Seorang pendukung Partai Bharatiya Janata India (BJP), berpose dengan topeng Narendra Modi Ketua Nasionalis Hindu, di markas partai, New Delhi, India (16/5). Narendra Modi adalah calon perdana menteri yang diusung oleh BJP. REUTERS/Adnan Abidi
TEMPO.CO, Kerala -- Enam mahasiswa Government Polytechnic College ditangkap polisi setelah mereka menerbitkan majalah kampus yang dianggap memojokkan Perdana Menteri India yang baru terpilih, Narendra Modi. Sehari kemudian, pemimpin kampus juga ditangkap oleh polisi.

Keenam mahasiswa itu adalah staf editor majalah kampus milik pemerintah yang berlokasi di Kunnamkulam, Distrik Thrissur, Kerala, India. Keenam mahasiswa dan pemimpin kampus dijerat pasal pencemaran nama baik dan memprovokasi untuk terjadinya kerusuhan.

Seperti dilansir New York Times, Jumat, 13 Juni 2014, halaman utama majalah memuat berita dan foto Modi yang diberi tajuk "Negative Faces". Foto Modi disandingkan dengan foto wajah tua pemimpin Nazi Adolf Hitler, pemimpin organisasi teroris internasional Al-Qaedah Osama bin Laden, dan George W. Bush, mantan presiden Amerika Serikat.

Sejumlah anggota pemuda sayap partai politik pendukung Modi, Bharatiya Janata India (BJP), menemukan majalah itu dari mahasiswa yang keberatan dengan pemberitaan majalah. Mereka kemudian melaporkannya ke polisi yang berujung pada penangkapan enam mahasiswa dan pemimpin kampus.

Sekitar 200 eksemplar majalah sudah sempat diedarkan. Sisanya, sekitar 400 eksemplar, disita oleh polisi.

Wakil presiden partai pemenang Pemilu 2014, BJP, K. Aneesh Kumar, mengatakan tindakan para mahasiswa yang didukung kelompok kiri (Partai Komunis India) memuat berita dan foto Modi bersama pelaku teroris dianggap perbuatan melanggar hukum. "Ini mengerikan, salah, dan tindakan kriminal," kata Aneesh.

Praveen Chanaserry Sivadasan, 20 tahun, mahasiswa teknik dan editor majalah yang dimiliki oleh Federasi Pelajar India, menolak meminta maaf usai dibebaskan dari tahanan. "Modi berwajah buruk. Dia terlibat pembunuhan begitu banyak orang saat kerusuhan pada tahun 2002," kata Praveen. Ia merujuk pada kerusuhan massal di Gujarat yang menewaskan sekitar seribu orang. Dari jumlah itu sebagian besar yang tewas adalah warga muslim. Modi saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Negara bagian Gujarat. "Kami seharusnya berhak untuk mengkritik para pemimpin politik kami," ia menegaskan.

Keenam mahasiswa dan pemimpin kampus kemudian dibebaskan oleh polisi dengan membayar uang jaminan.

Di lain pihak, Modi memulai lawatannya ke sejumlah negara setelah resmi menjabat sebagai Perdana Menteri India. Ia terbang ke Bhutan, Ahad, 15 Juni 2014. Bhutan, negara jiran India, dipilih sebagai negara pertama yang dia kunjungi. Bhutan berpenduduk sekitar 750 ribu jiwa serta merupakan sekutu terdekat India di wilayah Asia Selatan.

Selasa, 14 Januari 2014

Hongaria dan Rusia Akan Bahas Kerjasama Nuklir

BUDAPEST, TRIBUNEKOMPAS. 
By: Alex.

-Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban akan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow, Selasa 14 Januari 2014. Juru bicara Viktor Orban mengatakan kepada kantor berita Hungaria, MTI bahwa pemimpin dua negara kemungkinan menandatangani kesepakatan kerjasama nuklir.

Suratkabar Hungaria, Nepszabadsag, melaporkan Sabtu 11 Januari 2014 bahwa Hongaria segera menandatangani kesepakatan dengan perusahaan milik negara Rusia, Rosatom, untuk membangun blok baru pembangkit listrik tenaga nuklir gigawatt di Paks 2, di selatan Budapest.

Kepala pers Orban, Bertalan Havasi tidak memberikan rincian mengenai materi pembicaraan kedua pemimpin. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Hungaria juga menolak berkomentar soal agenda kedua pemimpin negara. Sumber diplomatik menegaskan bahwa masalah nuklir akan menjadi agenda mereka.

"Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa perdana menteri akan mengunjungi Moskow dan kesepakatan energi nuklir mungkin akan ditandatangani," kata sumber diplomatik itu kepada Reuters, yang berbicara secara anonim.

Laporan suratkabar Nepszabadsag mengatakan, kesepakatan tersebut bisa melibatkan perpanjangan kerjasama nuklir dengan Rusia dan juga melipatgandakan kapasitas instalasi nuklir saat ini, Paks, yang dijalankan oleh perusahaan energi milik negara, MVM.

Pembangkit listrik Park, yang menjalankan empat jenis reaktor VVER buatan Rusia, memasok sekitar 40 persen listrik Hungaria.

Media setempat telah memperkirakan biaya investasi untuk proyek baru ini sekitar US$ 18,3 miliar, sehingga menjadi proyek terbesar di negara itu sejak runtuhnya komunisme.

Rabu, 25 Desember 2013

Rusia Merasa Kehilangan Penemu Senapan AK-47

MOSKOW, TRIBUNEKOMPAS.
By: Alex.

-Tidak dijelaskan penyebab kematian Kalashnikov. "Dia sempat dipasangi alat bantu jantung di sebuah rumah sakit di Moskow pada bulan Juni. Namun, pada 17 November, dia dirawat di rumah sakit di Izhevesk," demikian media pemerintah melaporkan, Selasa, 24 Desember 2013.

Kalashnikov menciptakan AK-47 di usia 20 tahun pada 1942. Penemuan ini sempat mendapat Guinness of Record sebagai senapan yang paling banyak digunakan di dunia. The AK-47 terkenal bandel dan jarang macet, bahkan dalam kondisi buruk. Senajata ini baru digunakan di angkatan bersenjata Soviet pada tahun 1949. Hingga detik ini, senapan Kalashnikov masih menjadi andalan angkatan bersenjata Rusia dan polisi.

Senjata ini naik daun ketika dipakai kelompok pemberontak di Mozambik pada 1960. Setelah itu, senjata ini menjadi pilihan bagi gerilyawan dalam konflik di seluruh dunia selama beberapa dekade.

Pada hari ulang tahun ke-90, Kalashnikov dianugerahi kehormatan tertinggi negara--medali bintang emas--setara dengan gelar pahlawan. Kalashnikov, putra petani Siberia yang tidak pernah selesai sekolah ini, mengatakan bangga dengan penemuan ikonik. "Namun, rasa itu bercampur dengan rasa sakit melihat senjata itu digunakan oleh penjahat dan tentara anak-anak," katanya.