
By: ANTO.
-Demonstrasi menuntut untuk reformasi pemilu di Malaysia telah usai. Namun negeri jiran itu tak dapat menutupi kecemasannya atas aksi massa yang dilakukan 9 Juli 2011 lalu itu.
Setelah menuding demo Bersih 2.0 itu ditunggangi kepentingan Yahudi, pemerintahan Perdana Menteri Najib Razak itu menyensor pemberitaan di majalah ekonomi terkemuka Inggris edisi 16 Juli, The Economist.
“Kami telah membaca artikel mereka dan memastikan bahwa mereka menyebar informasi yang menyesatkan dan dapat membingungkan pembaca,” kata Pejabat Kementerian Dalam Negeri Malaysia, Abdul Aziz Mohamad Nor.
Menurut Nor, dia telah meminta redaksi The Economist untuk menghapus artikel berjudul “Taken to the cleaners”. Salah satu paragrafnya menyebutkan adanya korban tewas dari aksi massa, yaitu Baharuddin Ahmad. The Economist menulis, penyebab tewasnya pendukung Democratic Action Party (DAP) seperti dituturkan keluarga, akibat menghirup gas air mata. Sedangkan polisi mengatakan, pria itu meninggal karena mengalami serangan jantung.
Jaringan utama media di Malaysia sebagian besar memiliki hubungan erat dengan pemerintah karena dikendalikan melalui izin cetak. Tapi, portal berita online dan blog, yang tidak tunduk pada izin apapun, telah berkembang dengan pesat. Mereka umumnya mendukung oposisi (aksi Bersih).
Economist akan menyelidiki sensor Departemen Dalam Negeri, kata brand communicator manager Caroline Marrows. “Saya dapat mengkonfirmasikan bahwa tidak kami saja yang memberitakan apa yang telah disensor. Namun, kami tidak akan mengomentari masalah apapun lebih lanjut,” pungkasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar